iklankan produkmu

Senin, 08 April 2013



SINOPSIS
Judul : “Pak Jon, Sebenarnya Apa Kerjamu?”
Pengarang : Marjono A.Ma.
Jumlah Halaman : i-viii dan 1-80
Sinopsis :
          Ketika lahir menurut orang tuanya,ia dalam keadaan mati suri sampai orang tuanya berujar, apabila bayinya bisa hidup akan diberi nama seperti nama perempuan. Setelah sehari semalam, akhirnya bayi itu dapat menangis, dan diberi nama rubiyem.
          Masa kecil rubiyem adalah masa yang menyenangkan,setiap malam ia selalu datang ke Madrasah Dinniyah Al Falah Bendosari. Letaknya berada disebelah timur kampungnya. Setiap pagi, rubiyem mempunyai kebiasaan mengikuti kakaknya sampai ke sekolah. Hingga suatu hari seorang guru menghampirinya, dan menjadikan ia sebagai siswa di SD itu. Rubiyem adalah anak yang pintar dan rajin.sejak kecil ia senang memelihara dan menenam bibit jati serta merawat burung. Bahkan ia mempunyai penghasilan sendiri, dari hobinya tersebut. Ketika kelas VI SD, ia dibawa ayahnya ke kelurahan, dan mengganti namanya menjadi Marjono oleh pak lurah, yang berarti manusia yang rajin dan berhasil melaksanakan darma hidupnya didunia dan diakhirat.
          Saat mengikuti seleksi masuk SMPN Sampaan, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Sengaja ia tidak mengerjakan soal-soal yang diterimanya, karena ia lebih tertarik untuk masuk MTsN. Dan diam-diam ia mendaftar di MTsN. Tahu bahwa anaknya tidak masuk SMP, ayahnya kecewa. Satu tahun berlalu, marjono lakukan dengan baik. Ketika yayasan ma’arif menawarinya beasiswa di SMP Pembangunan, ayahnya langsung mendaftarkannya. Jadi marjono mengikuti dua sekolah sekaligus, pagi kelas II MTsN, sore kelas I SMP.
          Seperti halnya remaja yang lain marjono juga suka usil,ia pernah berkelahi dengan temannya jawidan. Namun perkelahian itu akhirnya menimbulkan persahabatan diantara mereka. Marjono sangat aktif disekolahnya. Dia menjadi sekretaris osis dan rajin mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah ataupun Depag DIY. Bukan hanya itu, prestasinya pun meningkat tajam.
          Dibalik kesibukannya, ia juga berkirim surat ke negeri Holland, Belanda. Karena sejak kelas V SD, dia mengikuti program PAKAK (Pembianaan Kesejahteraan Anak Keluarga),di Yogyakarta. Program ini diperuntukkan bagi anak-anak usia sekolah, yang miskin dan berprestasi. Setiap bualn marjono menerima kiriman uang sebesar Rp.6.500,00. Marjono juga sering mengikuti kegiatan yang diadakan PAKAK, ia pernah mendapat juara 1 cerita bergambar yang diselenggarakan PAKAK. Beberapa bulan kemudian, dia mendapat hadiah paket rumah tinggal, dan kandang sapi, serta uang sebesar  350 ribu dollar amerika. Uang tersebut tidak digunakan sendiri, melainkan digunakan untuk membangun masjid, jembatan ,jalan dan wc umum di kampung marjono.
          Setelah marjono lulus MTsN, ia masuk kesekolah paling favorit di Yogyakarta. Sekolah itu adalah SPG Bogem Kalasan, Sleman, Yogyakarta.diberikanlah marjono sepeda jengki paling mahal saat itu oleh ayahnya. Sepeda inilah yang mengantarkannya ke sekolah yang berjarak 15 km. Setiap pulang sekolah marjono selalu merawat kebunnya yang telah dibuat sejak kecil. Ia juga memanen kebun tersebut, dan ibunyalah yang menjualnya ke pasar. Disekolah barunya marjono rajin berangkat dan tidak pernah absen. DiSPGN ini ia begitu aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikurer yaitu klenengan, tari klasik, pramuka, PKS, dan PMR.
          Pada saat semester II ini, dia sudah menjadi komandan PKS. Dengan kecakapan yang dimilikinya dari PKS, marjono menjadi anggota paskibra saat upacara 17 agustus di lapangan kalasan ,sleman. Kegiatan lain yang ia ikuti adalah pramuka. Setiap hari minggu ada kegiatan saka bhayangkara di kwatir ranting kalasan/polsek kalasan dan kegiatan pramuka saka taruna bumi di kwatir cabang sleman yogyakarta. Dia mendapat penghargaan khusus dari kegiatan pramuka kwarcab sleman yaitu tanda kecakapan khusus merawat bunga. Sebagai anggota pramuka dia telah lulus ujian SKU penegak bantara(bintang satu) dan penegak laksana(bintang dua). Marjono sangat aktif dan menyukai kegiatan pramuka. Oleh pembimbing pramuka SPG, dia ditunjuk sebagai pembina padahal ia masih sebagai siswa saat itu.
          Di kelas II,  dia menjabat sebagai ketua II  OSIS. Bersama dengan teman-temannya ia mengikuti lomba menulis ilmiah yang bertemakan “cinta alam”. Perjalanan ini memberikan banyak pengalaman karena banyak sekali rintangan, hambatan dan kesulitan yang harus dilalui.
          Ada yang menarik dari perjalanan ini, yaitu mereka dapat masuk ke kebun salak dan jeruk di kulon progo,kebun nanas di bantul, dan beraneka kebun buah di gunung kidul milik UGM fakultas perkebunan dan holtikultura. Semua peserta boleh makan dan membawa buah secukupnya. Malam harinya para peserta mulai menuliskan karya ilmiah tentang perjalanan satu hari yang telah dilakukan. Menjelang akhir perjalanan semua peserta menuju pos terakhir yaitu pendopo kabupaten gunung kidul. Disitulah tempat peserta membenahi dan merevisi sekaligus mengumpulkan hasil penulisan karya ilmiah yang telah dibuatnya.
          Seminggu kemudian, tepatnya dihari senin, saat upacara bendera. Pak Drs.Binuf Subroto sebagai kepala sekolah, mengumumkan bahwa kelompok pecinta alam SPGN Bogem menjadi juara satu se Jawa dalam perlombaan karya ilmiah. Marjono dan teman-temannya pun bersorak gembira.
          Dikampungnya, marjono memberikan sumbangan ilmunya pada para remaja, dengan melakukan berbagai kegiatan keagamaan dan olahraga. Pada malam harinya, marjono juga telah mengajar di Madrasah Dinniyah di kampungnya sebagai guru bahasa arab kelas 2 dan 3. Marjono menyukai olahraga renang dan lari. Disekolah ia mempunyai kebiasaan membawa nasi asin yang dibungkus daun pisang kering. Nasi tersebut dimasukkannya dalam plastik sebelum dimasukkan dalam tas kiriman dari Holland, Belanda. Ia kadang-kadang juga membawa sabit dantali yang digunakannya untuk merumput sepulang sekolah. Marjono juga rajin belajar, kerja kerasnya membawakan hasil untuk mendapatkan beasiswa supersemardari pemerintah selama kelas 3 SPG.
          Kegiatan yang ia lakukan dikelas 2 masih dia lakukan sampai kelas 3, namun kosentrasinya lebih difokuskan pada pelajaran yang diujikan di ujian nasional. Walaupun demikian ia masih tertarik dengan lomba-lomba yang diadakan. Ketika ujian tiba, ia mengerjakan soal-soal dengan baik. Dan mendapat peringkat ke 6 dari 216 siswa. Diakhir tahun pelajaran, SPG mengadakan wisata ke bali untuk anak-anak kelas 3. Ada satu hal yang memalukan bagi marjono di bali. Ketika ia dan temannya thohari, mandi di pantai sanur terlamu lama mereka ditinggal oleh rombonagn itu. Satu jam kemudian bus itu datang kembali untuk menjemput mereka. Padahal mereka masih asyik main air dipantai yang saat itu airnya jernih. Kemudian mereka menuju ke pantai kuta yang merupakan tempat terindah untuk melihat matahari terbenam. Setelah matahari terbenam mereka kembali kehotel.
          Keesokan harinya rombonagn menuju ke sangeh, taman ayam, danau batur, tanah lot, tabanan gua gajah, kintamani, ubud ,buleleng ,dan pasar sukawati. Ketika perjalanan pulang, saat sampai di pelabuhan gilimanuk, rombongan masuk ke kapal feri. Marjono keluar menuju keruang nakhoda, dia pun berwawancara tentang cara nakhoda mengendalikan kapal dilaut. Turun dari kapal, perjalanan dilanjutkan ke yogyakarta.
                Lulus SPG marjono mengajar di dua sekolah sekaligus, yaitu guru seni music di SMP Pembangunan,dan di MTs Jam’ul Muawanah Pengkok Patuk Gunung kidul. Untuk mengajar di MTs marjono memerlukan tenaga yang lebih besar, karena jarak dari rumah ke sekolah adalah 10 Km, dan harus ditempuh dengan jalan kaki. Dengan para guru, marjono juga memiliki kesan yang menarik, guru di MTs semuannya diatas 50 tahun. Ketika musim hujan tiba, jalan menuju ke sekolah snagat becek, terjal dan licin. Sungai pun banjir dan orang yang lewat harus menyebranginya. Marjono harus menyebrangkan siswanya satu persatu dengan menggandeng tangannya. Jika sungai meluap, marjono dan anak anak terpaksa menunggu sampai surut.
          Banyak hal yang mengesankan di MTs ini karena masyarakatnya sangat unik dan islami. Sore hari marjono mengajar di SMP Pembangunan, marjono mengajar seni musik kelas 1sampai kelas 3. Dia juga membina pramuka, disinilah marjono mampu membawa anak-anaknya menjadi juara umum kemah bersama se-DIY. Dua belas piala dibawa pulang, dan dipajang di kantor guru. Perjalanan dari rumah ke SMP ini menjadi hal yang menyenangkan bagi marjono,karena dia melewati rumah jazariyah pacarnya. Walaupun tidak satu sekolah saat SPG, marjono masih sering bertemu dengannya. Jazariyah bersekolah di PGAN Yoyakarta, dan disana dia ngekost. Setiap sebulan sekali, ia pulang dan berkunjung ke rumah marjono. Sudah 5 tahun lamanya mereka berpacaran, dan mereka saling setia.
          Pada tahun 1989 marjono pergi kesemarang dan mengajar di SD Muhammadiyah 12 Semarang Barat. Disela sela kesibukkannya sebagai guru, marjono juga menyempatkan diri untuk bertenak ayam dan kambing.  Satu tahun lamanya marjono tidak pulang ke desa. Adik marjono pergi ke semarang dan menyuruhnya pulang, karena ayahnya sakit. Sesampai dirumah, marjono membawa ayahnya ke rumah sakit Prambanan. Setelah itu, ia berangkat lagi ke semarang.
          Selama ayahnya sakit dikampung, ada KKN Perguruan Taman Siswa Yogyakarta. Hamper setiap hari, para mahasiswa dating ke rumahnya untuk memberikan dukungan pada ayah marjono. Benar saja ayah marjonopun lekas sembuh.  Pada saat marjono pulang menengok ayahnya, marjono berkenalan dengan para mahasiswa tersebut. Sehari kemudian marjono kembali ke semarang.
          Ada satu mahasiswi yang selalu berkirim surat, suparyati namanya. Ketika liburan sekolah marjono  menyempatkan diri untuk mengunjungi rumahnya. Dan dengan suparyati inilah, tanggal 4 februari 1992, marjono menikah. Tanggal 28 oktober 1992, suparyati melahirkan anak yang pertama. Anak itu diseri nama ilham hidayat. Saat lebaran tiba, marjono, suparyati, dan anaknya dating ke rumah jazariyah. Marjono mengenalkan istri dan anaknya pada jazariyah. Dia mengucapkan kata selamat sambil meneteskan air mata.
          Marjono mermiliki rumah sendiri ditahun 1992, dia mulai bertenak perkutut Bangkok. Setelah bertahun tahun marjono mempunyai ratusan anak perkutut. Disela-sela kesibukannya marjono tergugfah untuk melanjutkan studi ke bangku kuliah pada sore hari. Selam kuliah, marjono selalu mendapatkan nilai tertinggi. Tahun 1999, marjono lulus dan diwisuda sebagai wisudawan terbaik program DII. Sejak tahun 1992, marjono menjadi ketua RT dikampungnya, ia juga menjadi bendahara di koperasi simpan pinjam. Marjono sudah terbiasa dengan kegiatan social keagamaan. Tahun 1994-2001 ia ditunjuk sebagai ketua muhammadiyah ranting, gisikdrono. Dia pun bertugas dan bertanggung jawab terhadap pemberdayaan umat dengan mengadakan pengajian rutin dua minggu sekali.
          Awal reformasi marjono menjadi lokomotif salah satu partai besar di Semarang barat karena dia menjadi ketua 1 di organisasi tersebut. Menjelang pemilu, marjono sibuk memilih dan mencari kader partai untuk menjadi anggota DPRD II, marjono pun mengantarkan dua orang temannya.
          Saat bangku kuliah semester 4, marjono duitawari untuk mengajar di SD Nasima disamping itu ia menjadi tim pengendali mutu SD tingkat kota Semarang. Selama mengajar di nasima marjono masih aktif, kreatif dan inovatif. Dia menerima penghargaan dari YPI Nasima sebagai guru yang berhasil dalam program yayasan kebangsaan. Disekolah manapun marjono tetap aktif membina pramuka termasuk di SD Nasima,marjonopun mendapatkan satya lencana panca warsa dari kwarda jawa tengah.
          Keluarga marjono telah berusia 12 tahun. Mereka dikaruniai 4 anak bernama ilham hidayat, habib musthafa, fahmi nur ilahi, dan arifatul laili. anak anaknya membuat hidup marjono semakin bersemangat.
          Keaktifan marjono sejak kecil tidak berhenti sampai disoini. Hingga usia 40 tahun dia masih aktif melkukan hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Karena banyaknya aktivitas yang ditekuni, teman temannya pun sering bertanya,”pak jon sebenarnya apa kerjamu?”. Dengan senyum yang hangat dia selalu menjawab apa-apa, karena ia telah mencoba apa saja dengan sebaik-baiknya. Dengan keterampilan yang ia miliki membuat hidupnya terasa enak, mantap dan optimis dalam menghadapi masa yang akan dating. Marjono berangan-angan , kelak diusia senjanya, ia akan ytersenyum puas dengan apa yang telah diraihnya. Dengan rambutnya yang telah memutih dan sisa sisa guratan kerja kerasnya, sambil tiduran di bawah gatangan perkutut, ia menikmati  sisa sias hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar