BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nyeri
punggung bawah sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu didiskripsikan sebagai
lumbago dan sciatica didalam Al-kitab, sering akibat nyeri punggung ini
seseorang terganggu melakukan aktivitas sehari-hari.
Diperkirakan
60% sampai 80% populasi dewasa pernah mengalami LBP, kira-kira 2% sampai 5%
terkena setiap tahunnya. Orang yang waktu bekerja melakukan gerakan
membungkuk yang berulang-ulang atau berjongkok dan duduk lama mempunyai
frekuensi LBP lebih tinggi, masalah psikososial juga penting sebagai faktor
pencetus terjadinya nyeri punggung bawah.
Dalam hal
perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit syaraf lainnya
mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan menitik beratkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Adapun kekhususan dari perawataan
klien dengan LBP adalah karena masalah yang muncul biasanya bersifat komplek
dan mempengaruhi sistem tubuh sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
mencegah terjadinya defisit neurologis, memberikan dan mengembalikan fungsi
dengan cara meningkatkan aktivitas secara bertahap dengan melakukan range of
mation (ROM) aktif maupun pasif.
B. TUJUAN PENULISAN
1)
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan Low Back Pain.
2)
Tujuan Instruksional Khusus
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai definisi LBP
b.
Mahasiswamampu menjelaskan menegenai etiologi dan
manifestasi LBP
c.
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai patofisiologi LBP
d. Mahasiswa mampu menjelaskan
penegakan diagnosis dari LBP
e.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan pada
klien Low Back Pain
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah
sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra
atau ruas tulang belakang. Di antara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang
terdapat bantalan ruang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang
dewasa dapat mencapai 57-67 cm. seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah di antaranya
adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Vertebra
dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya yaitu :
a.
7 vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk
daerah tengkuk.
b.
12 vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk
bagian torax atau dada
c.
5 vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk
daerah lumbal atau pinggang
d.
5 vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk
sakrum atau tulang kelangkang
e.
4 vertebra kogsigeus atau ruas tungging membentuk tulang
kogsigeus atau tulang tungging
Anatomi
Lumbal
B. DEFINISI
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000:265).
Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan
dengan lumbal atau area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan (
Randy Mariam,1987 ).
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan
pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat
menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi
(Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari
nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang
(Brunner,1999).
Low Back Pain terjadi dilumbal bagian bawah,lumbal sacral
atau daerah sacroiliaca,biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan
ketegangan musulo (Prisilia Lemone,1996).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low
Back Pain adalah nyeri kronik atau akut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau
terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
C. ETIOLOGI
1.
Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan
sekunder.
2.
Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.
3.
Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis,
spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
4.
Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot
5.
Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
6.
Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
7.
Kegemukan.
8.
Mengangkat beban dengan cara yang salah.
9.
Keseleo.
10. Terlalu lama pada getaran.
11. Gaya berjalan.
12. Merokok.
13. Duduk terlalu lama.
D. MANIFESTASI KLINIK
1.
Perubahan dalam gaya berjalan.
a.
Berjalan terasa kaku.
b.
Tidak bias memutar punggung.
c.
Pincang.
2.
Persyarafan
Ketika
dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada
kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang
tidak dirangsang.
3.
Nyeri.
a.
Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b.
Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c.
Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah
belakang kaki.
e.
Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f.
Nyeri pada pertengahan bokong.
g.
Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
E. PATOFISIOLOGI
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen
system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara
individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir
tidak terasa bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor
nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli
serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari
cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi
yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang
dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system
saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal
ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang
tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat
satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat
ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan
diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf
ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut.
PATHWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X vertebra ; mungkin
memperlihatkan adanya fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna
untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak
tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu
mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI )
: memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk
mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk
mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena
efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan
untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
G. PENATALAKSANAAN
1.
Tirah baring
Tempat tidur dengan alat yang keras
dan rata untuk mengendorkan otot yang spasme, sehingga terjadi relaksasi otot
maksimal. Dibawah lutut diganjal batal untuk mengurangi hiperlordosis lumbal,
lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
2. Medika mentosa
Menggunakan obat tunggal atau
kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin, dapat diberikan analgetik
non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan atau kadang-kadang
obat blokade neuratik.
3. Fisioterapi
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi
listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan dan ortesa (kovset).
4. Psikoterapi
Diberikan pada penderita yang pada
pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri,
pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun
biofeedback training.
5. Akupuntur
Kemungkinan bekerja dengan cara
pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai
activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup gerbang nyeri.
6. Terapi operatic
Dikerjakan apabila tindakan
konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan spinger
7. Latihan
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar
tidak memperburuk keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika
penyebabnya adalah herniasi diskus.
H. PENCEGAHAN
1.
Meningkatkan kekuatan otot perut dengan latihan penyiapan,
yang terbaik adalah situp dengan lutut ditekuk.
2.
Latihan memperkuat otot paha belakang.
a.
Posisi duduk, kaki menggantung kebawah, kemudian kaki
menarik beban ringankearah belakang dan kembali lagi. Demikian berulang-ulang.
b.
Posisi telungkup, kaki lurus, kemudian kaki ditekuk kearah
atas depan, menarik beban ringan dan kembali lagi. Demikian berulang-ulang.
3.
Saat berlutut, hindari gerakan tubuh bagian atas untuk
memutar tiba-tiba.
4.
Hindari mengangkat beban berat
Bila
harus mengangkat beban, usahakan punggung lurus, jangan membungkuk tanpa membengkokkan
lutut.
5.
Sikap berdiri
Berdiri secara tegak, dada diangkat, bahu
relaks dan dagu lurus kedepan.
.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan :
a.
Keluhan Utama:
Tanyakan
pada klien tentang keluhan yang paling dirasakan apakah itu nyeri pinggang,
boyok
b.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan
dirasakan? Kapan timbulnya keluhan(apakah menetap, hilang timbul)? Hal apa yang
menyebabkan terjadinya keluhan? Apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
yang dirasakan? Tanyakan
pada klien apakah klien sering mengkonsumsi obat tertentu? Bagaimana dengan
nutrisi klien selama ini?
c.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tanyakan
pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya?
Apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma? Apakah klien pernah
menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya?
d.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tanayakan
pada keluarga, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti klien? Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kecelakaan?
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit gangguan tulang dan otot?
e.
Riwayat Alergi:
Tanyakan
pada klien apakah klien alergi terhadap obat, makanan, ataukah cuaca?
f.
Riwayat Pekerjaan:
Tanyakan
pada klien tentang jenis pekerjaannya. Apakah pekerjaan klien membutuhkan waktu
duduk yang terlalu lama? Apakah pekerjaanya membutuhkan waktu berdiri yang
lama? Apakah klien sering melakukan angkat beban?
3.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
tampak sakit dengan wajah pucat
Kesadaran : kompos mentis
Gizi : cukup
Tanda vital : TD 120/70mmHg, N 92x/menit, RR 24 x/menit,
b. Kulit :
didapatkan kulit bersih (tidak ada
kotoran yang menempel), warna kulit sawo matang, tekstur kulit halus, tidak ada
odema, turgor baik.
c. Kepala : struktur kepala tampak
simetris, tidak ada nyeri atau trauma kepala, tidak ada lesi, warna rambut
hitam beruban, distribusi rambut merat
d. Mata
: mata klien tampak simetris, tidak
ada kotoran atau secret, klien dapat melihat dengan baik bola mata dapat
digerakkan kesegala arah. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan,
sklera mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
e. Telinga : struktur telinga simetris, tampak
bersih tidak ada secret atau cairan, tidak ada perdarahan atau peradangan,
fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
f. Hidung : struktur hidung simetris, tampak
bersih tidak ada secret, atau kotoran, tidak ada pendarahan atau epistaksis,
tidak ada peradangan atau nyeri hidung, tidak terdapat massa (polip).
g. Mulut : warna mokusa
bibir merah muda, mulut dan lidah besih, tidak ada perdarahan dan lesi, gigi
ada yang tunggal, fungsi menguyah baik.
h. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid atau vena lugularis.
i.
Paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kanan = kiri
Palpasi : stem
fremitus kanan > kiri
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi nafas tambahan
j.
Jantung
Denyut
jantung : iktus cordis
tidak tampak
Batas kiri
jantung : linea midclavicula sinistra
Batas kanan
jantung : linea parasternalis dekstra
Bunyi
jantung
: bising (-)
k. Abdomen :
Inspeksi
:bentuk abdomen simetris antara kiri
dan kanan, distensi abdomen tidak ada,
Auskultasi
:terdengar bising usus 6 x/menit,
Palpasi
:klien mengalami nyeri punggung
belakang
l.
Genitalia : laki-laki normal
tidak ada
peradangan pada genetalia bagian luar dan dalam, tidak ada kesulitan saat
ereksi dan ejakulasi, tidak terdapat nyeri saat BAK, kebersihan genetalia
bersih tidak terdapat lesi, kutu, kemerahan dan ekskoriasi.
m.
Ekstremitas : struktur ekstremitas kiri dan kanan simetris, nyeri pinggang tambah parah
bila ekstremitas
bawah digerakkan, disertai kesemutan dan kelemahan pada kedua tungkai,
n.
Tulang
: nyeri tekan paravertebralis
o.
Otot
: spasme otot pada
bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronik b.d masalah
musculoskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik b.dnyeri
spasme otot dan berkurangnya kelenturan
3. Perubahan peran b.d keterbatasan
mobilitas dan nyeri kronik
C. INTERVENSI
1) Nyeri b.d masalah musculoskeletal
NOC :
·
Pain level
·
Pain control
·
Comfort level
Kriteria hasil :
·
Mampu mengontrol nyeri
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
·
Mampu mengenali nyeri
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurabg
NIC :
Pain
Management
·
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
·
Observasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan
·
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·
Ajarkan teknik non farmakologi
·
Tingkatkan istirahat
·
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
2) Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri
spasme otot dan berkurangnya kelenturan
NOC :
·
Joint movement active
·
Mobility level
·
Self care/ADLs
·
Transfer performance
Kriteria Hasil :
·
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
·
Mengerti tujuan dan peningkatan aktivitas
·
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
·
Memperagakan penggunaan alat bantu mobilisasi
NIC :
·
Monitor TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
·
Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
·
Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
·
Latih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
·
Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
ADLs pasien
·
Berikan alat bantu jika diperluk
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri punggung bawah [Low Back Pain] adalah perasaan
nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering
disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
c. LBP Neuvogenik
d. LBP Spondilogenik
e. LBP Psikogenik
Kolumna vertebralis dapat dianggap
sebagai sebuah batang elastic yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae)
dan unit fleksible (discus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh
komplek sendi faset, berbagai ligament dan otot paravertebralis.
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan low back
pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http
//ameliarina.blogspot.com/2011/03/low-back-pain.html
http
//www.google.com/search.patofisiologi.low-back pain.html
http://www.apotikherbal.com/list-info/2829-Makalah-Low-BackPain.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar