SINOPSIS
Judul
: “Pak Jon, Sebenarnya Apa Kerjamu?”
Pengarang
: Marjono A.Ma.
Jumlah
Halaman : i-viii dan 1-80
Sinopsis
:
Ketika
lahir menurut orang tuanya,ia dalam keadaan mati suri sampai orang tuanya
berujar, apabila bayinya bisa hidup akan diberi nama seperti nama perempuan.
Setelah sehari semalam, akhirnya bayi itu dapat menangis, dan diberi nama
rubiyem.
Masa
kecil rubiyem adalah masa yang menyenangkan,setiap malam ia selalu datang ke
Madrasah Dinniyah Al Falah Bendosari. Letaknya berada disebelah timur
kampungnya. Setiap pagi, rubiyem mempunyai kebiasaan mengikuti kakaknya sampai
ke sekolah. Hingga suatu hari seorang guru menghampirinya, dan menjadikan ia
sebagai siswa di SD itu. Rubiyem adalah anak yang pintar dan rajin.sejak kecil
ia senang memelihara dan menenam bibit jati serta merawat burung. Bahkan ia
mempunyai penghasilan sendiri, dari hobinya tersebut. Ketika kelas VI SD, ia
dibawa ayahnya ke kelurahan, dan mengganti namanya menjadi Marjono oleh pak
lurah, yang berarti manusia yang rajin dan berhasil melaksanakan darma hidupnya
didunia dan diakhirat.
Saat
mengikuti seleksi masuk SMPN Sampaan, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Sengaja ia
tidak mengerjakan soal-soal yang diterimanya, karena ia lebih tertarik untuk
masuk MTsN. Dan diam-diam ia mendaftar di MTsN. Tahu bahwa anaknya tidak masuk
SMP, ayahnya kecewa. Satu tahun berlalu, marjono lakukan dengan baik. Ketika
yayasan ma’arif menawarinya beasiswa di SMP Pembangunan, ayahnya langsung mendaftarkannya.
Jadi marjono mengikuti dua sekolah sekaligus, pagi kelas II MTsN, sore kelas I
SMP.
Seperti
halnya remaja yang lain marjono juga suka usil,ia pernah berkelahi dengan
temannya jawidan. Namun perkelahian itu akhirnya menimbulkan persahabatan
diantara mereka. Marjono sangat aktif disekolahnya. Dia menjadi sekretaris osis
dan rajin mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah ataupun Depag DIY. Bukan
hanya itu, prestasinya pun meningkat tajam.
Dibalik
kesibukannya, ia juga berkirim surat ke negeri Holland, Belanda. Karena sejak
kelas V SD, dia mengikuti program PAKAK (Pembianaan Kesejahteraan Anak
Keluarga),di Yogyakarta. Program ini diperuntukkan bagi anak-anak usia sekolah,
yang miskin dan berprestasi. Setiap bualn marjono menerima kiriman uang sebesar
Rp.6.500,00. Marjono juga sering mengikuti kegiatan yang diadakan PAKAK, ia
pernah mendapat juara 1 cerita bergambar yang diselenggarakan PAKAK. Beberapa
bulan kemudian, dia mendapat hadiah paket rumah tinggal, dan kandang sapi,
serta uang sebesar 350 ribu dollar
amerika. Uang tersebut tidak digunakan sendiri, melainkan digunakan untuk
membangun masjid, jembatan ,jalan dan wc umum di kampung marjono.
Setelah
marjono lulus MTsN, ia masuk kesekolah paling favorit di Yogyakarta. Sekolah
itu adalah SPG Bogem Kalasan, Sleman, Yogyakarta.diberikanlah marjono sepeda
jengki paling mahal saat itu oleh ayahnya. Sepeda inilah yang mengantarkannya
ke sekolah yang berjarak 15 km. Setiap pulang sekolah marjono selalu merawat
kebunnya yang telah dibuat sejak kecil. Ia juga memanen kebun tersebut, dan
ibunyalah yang menjualnya ke pasar. Disekolah barunya marjono rajin berangkat
dan tidak pernah absen. DiSPGN ini ia begitu aktif mengikuti kegiatan
ekstrakulikurer yaitu klenengan, tari klasik, pramuka, PKS, dan PMR.
Pada
saat semester II ini, dia sudah menjadi komandan PKS. Dengan kecakapan yang
dimilikinya dari PKS, marjono menjadi anggota paskibra saat upacara 17 agustus
di lapangan kalasan ,sleman. Kegiatan lain yang ia ikuti adalah pramuka. Setiap
hari minggu ada kegiatan saka bhayangkara di kwatir ranting kalasan/polsek
kalasan dan kegiatan pramuka saka taruna bumi di kwatir cabang sleman
yogyakarta. Dia mendapat penghargaan khusus dari kegiatan pramuka kwarcab
sleman yaitu tanda kecakapan khusus merawat bunga. Sebagai anggota pramuka dia
telah lulus ujian SKU penegak bantara(bintang satu) dan penegak laksana(bintang
dua). Marjono sangat aktif dan menyukai kegiatan pramuka. Oleh pembimbing
pramuka SPG, dia ditunjuk sebagai pembina padahal ia masih sebagai siswa saat
itu.
Di
kelas II, dia menjabat sebagai ketua
II OSIS. Bersama dengan teman-temannya
ia mengikuti lomba menulis ilmiah yang bertemakan “cinta alam”. Perjalanan ini
memberikan banyak pengalaman karena banyak sekali rintangan, hambatan dan
kesulitan yang harus dilalui.
Ada
yang menarik dari perjalanan ini, yaitu mereka dapat masuk ke kebun salak dan
jeruk di kulon progo,kebun nanas di bantul, dan beraneka kebun buah di gunung
kidul milik UGM fakultas perkebunan dan holtikultura. Semua peserta boleh makan
dan membawa buah secukupnya. Malam harinya para peserta mulai menuliskan karya
ilmiah tentang perjalanan satu hari yang telah dilakukan. Menjelang akhir
perjalanan semua peserta menuju pos terakhir yaitu pendopo kabupaten gunung
kidul. Disitulah tempat peserta membenahi dan merevisi sekaligus mengumpulkan
hasil penulisan karya ilmiah yang telah dibuatnya.
Seminggu
kemudian, tepatnya dihari senin, saat upacara bendera. Pak Drs.Binuf Subroto
sebagai kepala sekolah, mengumumkan bahwa kelompok pecinta alam SPGN Bogem
menjadi juara satu se Jawa dalam perlombaan karya ilmiah. Marjono dan
teman-temannya pun bersorak gembira.
Dikampungnya,
marjono memberikan sumbangan ilmunya pada para remaja, dengan melakukan
berbagai kegiatan keagamaan dan olahraga. Pada malam harinya, marjono juga
telah mengajar di Madrasah Dinniyah di kampungnya sebagai guru bahasa arab
kelas 2 dan 3. Marjono menyukai olahraga renang dan lari. Disekolah ia
mempunyai kebiasaan membawa nasi asin yang dibungkus daun pisang kering. Nasi
tersebut dimasukkannya dalam plastik sebelum dimasukkan dalam tas kiriman dari
Holland, Belanda. Ia kadang-kadang juga membawa sabit dantali yang digunakannya
untuk merumput sepulang sekolah. Marjono juga rajin belajar, kerja kerasnya
membawakan hasil untuk mendapatkan beasiswa supersemardari pemerintah selama
kelas 3 SPG.
Kegiatan
yang ia lakukan dikelas 2 masih dia lakukan sampai kelas 3, namun kosentrasinya
lebih difokuskan pada pelajaran yang diujikan di ujian nasional. Walaupun
demikian ia masih tertarik dengan lomba-lomba yang diadakan. Ketika ujian tiba,
ia mengerjakan soal-soal dengan baik. Dan mendapat peringkat ke 6 dari 216
siswa. Diakhir tahun pelajaran, SPG mengadakan wisata ke bali untuk anak-anak
kelas 3. Ada satu hal yang memalukan bagi marjono di bali. Ketika ia dan
temannya thohari, mandi di pantai sanur terlamu lama mereka ditinggal oleh
rombonagn itu. Satu jam kemudian bus itu datang kembali untuk menjemput mereka.
Padahal mereka masih asyik main air dipantai yang saat itu airnya jernih.
Kemudian mereka menuju ke pantai kuta yang merupakan tempat terindah untuk
melihat matahari terbenam. Setelah matahari terbenam mereka kembali kehotel.
Keesokan
harinya rombonagn menuju ke sangeh, taman ayam, danau batur, tanah lot, tabanan
gua gajah, kintamani, ubud ,buleleng ,dan pasar sukawati. Ketika perjalanan
pulang, saat sampai di pelabuhan gilimanuk, rombongan masuk ke kapal feri. Marjono
keluar menuju keruang nakhoda, dia pun berwawancara tentang cara nakhoda
mengendalikan kapal dilaut. Turun dari kapal, perjalanan dilanjutkan ke
yogyakarta.
Lulus SPG
marjono mengajar di dua sekolah sekaligus, yaitu guru seni music di SMP
Pembangunan,dan di MTs Jam’ul Muawanah Pengkok Patuk Gunung kidul. Untuk
mengajar di MTs marjono memerlukan tenaga yang lebih besar, karena jarak dari
rumah ke sekolah adalah 10 Km, dan harus ditempuh dengan jalan kaki. Dengan
para guru, marjono juga memiliki kesan yang menarik, guru di MTs semuannya
diatas 50 tahun. Ketika musim hujan tiba, jalan menuju ke sekolah snagat becek,
terjal dan licin. Sungai pun banjir dan orang yang lewat harus menyebranginya.
Marjono harus menyebrangkan siswanya satu persatu dengan menggandeng tangannya.
Jika sungai meluap, marjono dan anak anak terpaksa menunggu sampai surut.
Banyak
hal yang mengesankan di MTs ini karena masyarakatnya sangat unik dan islami.
Sore hari marjono mengajar di SMP Pembangunan, marjono mengajar seni musik kelas
1sampai kelas 3. Dia juga membina pramuka, disinilah marjono mampu membawa
anak-anaknya menjadi juara umum kemah bersama se-DIY. Dua belas piala dibawa
pulang, dan dipajang di kantor guru. Perjalanan dari rumah ke SMP ini menjadi
hal yang menyenangkan bagi marjono,karena dia melewati rumah jazariyah
pacarnya. Walaupun tidak satu sekolah saat SPG, marjono masih sering bertemu
dengannya. Jazariyah bersekolah di PGAN Yoyakarta, dan disana dia ngekost.
Setiap sebulan sekali, ia pulang dan berkunjung ke rumah marjono. Sudah 5 tahun
lamanya mereka berpacaran, dan mereka saling setia.
Pada
tahun 1989 marjono pergi kesemarang dan mengajar di SD Muhammadiyah 12 Semarang
Barat. Disela sela kesibukkannya sebagai guru, marjono juga menyempatkan diri
untuk bertenak ayam dan kambing. Satu
tahun lamanya marjono tidak pulang ke desa. Adik marjono pergi ke semarang dan
menyuruhnya pulang, karena ayahnya sakit. Sesampai dirumah, marjono membawa
ayahnya ke rumah sakit Prambanan. Setelah itu, ia berangkat lagi ke semarang.
Selama
ayahnya sakit dikampung, ada KKN Perguruan Taman Siswa Yogyakarta. Hamper
setiap hari, para mahasiswa dating ke rumahnya untuk memberikan dukungan pada
ayah marjono. Benar saja ayah marjonopun lekas sembuh. Pada saat marjono pulang menengok ayahnya,
marjono berkenalan dengan para mahasiswa tersebut. Sehari kemudian marjono
kembali ke semarang.
Ada
satu mahasiswi yang selalu berkirim surat, suparyati namanya. Ketika liburan
sekolah marjono menyempatkan diri untuk
mengunjungi rumahnya. Dan dengan suparyati inilah, tanggal 4 februari 1992,
marjono menikah. Tanggal 28 oktober 1992, suparyati melahirkan anak yang
pertama. Anak itu diseri nama ilham hidayat. Saat lebaran tiba, marjono,
suparyati, dan anaknya dating ke rumah jazariyah. Marjono mengenalkan istri dan
anaknya pada jazariyah. Dia mengucapkan kata selamat sambil meneteskan air
mata.
Marjono mermiliki rumah sendiri ditahun
1992, dia mulai bertenak perkutut Bangkok. Setelah bertahun tahun marjono
mempunyai ratusan anak perkutut. Disela-sela kesibukannya marjono tergugfah
untuk melanjutkan studi ke bangku kuliah pada sore hari. Selam kuliah, marjono
selalu mendapatkan nilai tertinggi. Tahun 1999, marjono lulus dan diwisuda
sebagai wisudawan terbaik program DII. Sejak tahun 1992, marjono menjadi ketua
RT dikampungnya, ia juga menjadi bendahara di koperasi simpan pinjam. Marjono
sudah terbiasa dengan kegiatan social keagamaan. Tahun 1994-2001 ia ditunjuk
sebagai ketua muhammadiyah ranting, gisikdrono. Dia pun bertugas dan
bertanggung jawab terhadap pemberdayaan umat dengan mengadakan pengajian rutin
dua minggu sekali.
Awal
reformasi marjono menjadi lokomotif salah satu partai besar di Semarang barat
karena dia menjadi ketua 1 di organisasi tersebut. Menjelang pemilu, marjono
sibuk memilih dan mencari kader partai untuk menjadi anggota DPRD II, marjono
pun mengantarkan dua orang temannya.
Saat
bangku kuliah semester 4, marjono duitawari untuk mengajar di SD Nasima
disamping itu ia menjadi tim pengendali mutu SD tingkat kota Semarang. Selama
mengajar di nasima marjono masih aktif, kreatif dan inovatif. Dia menerima
penghargaan dari YPI Nasima sebagai guru yang berhasil dalam program yayasan
kebangsaan. Disekolah manapun marjono tetap aktif membina pramuka termasuk di
SD Nasima,marjonopun mendapatkan satya lencana panca warsa dari kwarda jawa
tengah.
Keluarga
marjono telah berusia 12 tahun. Mereka dikaruniai 4 anak bernama ilham hidayat,
habib musthafa, fahmi nur ilahi, dan arifatul laili. anak anaknya membuat hidup
marjono semakin bersemangat.
Keaktifan
marjono sejak kecil tidak berhenti sampai disoini. Hingga usia 40 tahun dia
masih aktif melkukan hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Karena
banyaknya aktivitas yang ditekuni, teman temannya pun sering bertanya,”pak jon
sebenarnya apa kerjamu?”. Dengan senyum yang hangat dia selalu menjawab
apa-apa, karena ia telah mencoba apa saja dengan sebaik-baiknya. Dengan
keterampilan yang ia miliki membuat hidupnya terasa enak, mantap dan optimis
dalam menghadapi masa yang akan dating. Marjono berangan-angan , kelak diusia
senjanya, ia akan ytersenyum puas dengan apa yang telah diraihnya. Dengan
rambutnya yang telah memutih dan sisa sisa guratan kerja kerasnya, sambil
tiduran di bawah gatangan perkutut, ia menikmati sisa sias hidupnya.