iklankan produkmu

Senin, 31 Oktober 2016

Mari Mengenal PENYAKIT ASAM URAT




Asam urat, penyakit dengan istilah gout atau pirai ini merupakan penyakit yang disebabkan akibat tingginya kadar asam urat dalam darah, sedangkan pengeluaran asam urat melalui urine sedikit. Asam urat sendiri merupakan limbah yang terbentuk dari penguraian zat purin yang ada di dalam sel-sel tubuh. Sebagian besar asam urat dibuang melalui ginjal dalam bentuk urine dan sebagian kecil lainnya dibuang melalui saluran pencernaan dalam bentuk tinja.
Karena asam urat berlebih di dalam tubuh maka biasanya asam urat menyerang persendian. Semua sendi dapat terserang asam urat, namun yang paling sering terkena adalah sendi jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Gejala yang biasa dirasakan oleh penderitanya sendiri ialah gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan, dan rasa panas di persendian.Gejala nyeri dan pembengkakan pada penyakit asam urat disebabkan oleh tusukan kristal-kristal tajam di sekitar sendi.
Serangan penyakit asam urat umumnya berlangsung dalam kurun 3-10 hari. Meski serangan bisa reda dengan sendirinya, namun kondisi ini tidak boleh diabaikan. Apabila anda sedang melakukan pengobatan jangan berhenti, karena penyakit ini bersifat kambuhan dan bisa lebih parah lagi kondisinya
Mengingat gejala dari asam urat tentu kita juga perlu mengenal penyebab penyakit asam urat antara lain:
1.    Life style
Seseorang yang suka mengonsumsi makanan dengan kandungan asam urat tinggi (contohnya jeroan, hidangan laut, daging merah) dan seseorang yang gemar mengonsumsi minuman beralkohol akan berisiko tinggi terkena penyakit asam urat.
2.    Memiliki riwayat penyakit tertentu
Penyakit asam urat ini juga rawan dialami oleh orang-orang yang menderita obesitas, diabetes, hipertensi, atau penyakit ginjal kronik.
3.    Riwayat keluarga memiliki penyakit asam urat
Menurut penelitian, seseorang yang memiliki keluarga penderita penyakit asam urat juga dapat terkena kondisi sama. Dengan kata lain, penyakit ini dapat diturunkan.
4.    Pengobatan
Risiko terkena penyakit asam urat juga tinggi bagi orang-orang yang sedang menjalani pengobatan menggunakan obat-obatan jenis tertentu, misalnya niacin, aspirin, obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat beta (beta blocker), sislosporin, diuretik, dan obat-obatan kemoterapi.

Apabila kondisi dari penyakit asam urat ini dibiarkan begitu saja, akan menimbulkan masalah kesehatan lain di dalam tubuh, seperti:
1.    Penyakit batu ginjal akibat endapan asam urat di ginjal.
2.    Munculnya benjolan-benjolan tofi
Tofi adalah gumpalan-gumpalan kecil berwarna putih atau kuning di balik kulit yang terbentuk dari akumulasi kristal-kristal asam urat. Benjolan tofi biasanya muncul pada lutut, siku, jari kaki dan jari tangan, lengan, tumit, atau bahkan telinga.
3.    Kerusakan pada sendi
4.    Masalah psikologis akibat nyeri luar biasa yang dirasakan, yang dapat membuat rutinitas sehari-hari menjadi terganggu. Jika diabaikan, maka hal ini bisa mengarah kepada depresi.

Pengobatan yang dapat dilakukan dengan :
1.    Meringankan gejala penyakit asam urat dengan tindakan:
a.    beristirahat dengan cukup selama mengalami serangan penyakit asam urat.
b.    Angkatlah tungkaiAnda dan hindarkan sendi yang sedang mengalami radang dari benturan/trauma.
c.     Menempelkan kantong es pada bagian sendi yang terasa sakit.
d.    mengonsumsi obat pereda rasa sakit, misalnya colchicine, OAINS (obat anti-inflamasi nonsteroid), dan obat-obatan golongan steroid.
2.    mencegah kambuhnya serangan asam urat:
a.    Mengonsumsi obat penurun kadar asam urat (misalnya allopurinol)
b.    Perbanyak konsumsi air putih, untuk membantu melarutkan asam urat sehingga dapat dikeluarkan lewat ginjal
c.    Makanan-makanan pemicu penyakit asam urat, seperti jeroan, seafood, daging, mlinjo, dll
d.    Perilaku hidup sehat

Minggu, 30 Oktober 2016

Perdarahan menstruasi yang abnormal



Menstruasi merupakan perdarahan yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita dengan usia yang telah reproduktif. Rata-rata lamanya menstruasi 3-7 hari dan darah yang keluar sebanyak 80 ml/hari.

Lalu bagaimana dengan keadaan menstruasi yang tidak normal?. Ada beberapa istilah untuk keadaaan menstruasi yang tidak normal:
1.    Menoragi : menstruasi yang memanjang lebih dari 7 hari, dan darah yang dikeluarkan lebih dari 80 ml/hari, terjadi dengan intensitas waktu yang teratur.
2.    Metroragi : perbedaaan dengan jumlah yang bervariasi diantara periode menstruasi, dengan interval yang tidak teratur.
3.    Polimenorea : menstruasi dengan jarak interval waktu yang terlalu pendek kurang dari 21 hari diantara waktu-waktu menstruasi yang teratur dan dengan jarak waktu yang terlalu panjang dari menstruasi  sebelumnya.
Menstruasi yang abnormal disebabkan oleh:
1.    Faktor stress
2.    Faktor hormon
3.    Lesi pada uterus seperti pada kasus kanker rahim, mioma uteri, endometriosis, polip endometriosis,dan adenomiosis
4.    Lesi serviks biasanya mengakibatkan metroragia akibat truma langsung
5.    Penyebab latrogenik yang meliputi alat konstrasepsi dalam rahim misalnya IUD, suntik KB.
Diagnosis:
1.    Usia merupakan faktor penting dalam evaluasi
2.    Komplikasi terkait kehamilan
3.    Obat-obatan yang dikonsumsi yang menganggu pola menstruasi normal
4.    Adanya kelainan organ lain seperti infeksi saluran kemih (ISK) dan hemorroid
5.    Pemeriksaan panggul dilakukan untuk mengungkapkan adanya kelainan seperti polip serviks
6.    Pengukuran hemoglobin (Hb), kadar zat besi
7.    Evaluasi lebih lanjut dengan pemeriksaan rahim seperti biopsi endometrium dan USG.
UNTUK LEBIH JELASNYA BERIKUT KAMI TAMPILKAN VIDEONYA
 

Sabtu, 29 Oktober 2016

ASKEP URTIKARIA

BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT



A.    DEFINISI
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham, brown. 2205 )
Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtika atau edema setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan kulit yang di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000 )
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005). Urtikaria dikenal dengan nama Hives, nettle rash, biduran, kaligata.

B.     ANATOMI FISIOLOGI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh. Lapisan luar kulit adalah epidermis dan lapisan dalam kulit adalah dermis atau korium.
Epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale (stratum germinativum). Fungsi epidermis sebagai proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel langerhans).
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papiler dan lapisan retikuler yang merupakan lapisan tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Fungsi dermis berfungsi sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi. Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak, berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi, dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.

C.    ETIOLOGI
1.      Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sepalosporin, dan diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras.
2.      Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka.
3.      Gigitan atau sengatan serangga
4.      Bahan fotosenzitiser
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5.      Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
6.      Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik.
7.      Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik.
8.      Infeksi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit.
9.      Psikis
10.  Genetik
11.  Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.   Gatal
2.   Rasa terbakar/tertusuk
3.   Tampak eritema & oedema setempat berbatas tegas, kadang bagian tengah tampak lebih pucat
4.   Bentuk popular
5.   Dermografisme : oedema & eritema yg linear di kulit bila terkena tekanan/goresan benda tumpul, timbul 30 menit

E.     PATOFISIOLOGI
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil.
Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa  antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya demam, panas, emosi, dan alcohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri.

F.     KOMPLIKASI
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup. Dapat pula terjadi angioedema

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody antinuclear
2.      Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
3.      Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor rheumatoid, komplemen serum, IgM, IgE serum
4.      Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy nyingkirkakulit untuk men kemungkinan vaskulitis urtikaria.



H.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari factor resiko, ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang.menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan ,diharapkan dapat memperbaiki kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik.
2.      Pengobatan local
a)      Kompres air es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid aveno oatmeal yang bisa mengurangi gatal.
b)      Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bias membantu dengan atau tanpa 1% fenol dalam lotion calamine.
1.      Pengobatan sistemik
a)       Anti histamine dengan antagonis H1 adalah terapi pilihan
b)      Doxepin yaitu anti depresan
c)      Kombinasi antihistamin H1 dan H2 misalnya simetidin
d)     Cyproheptadin ,mungkin lebih efektif dari pada antihistamin
e)       kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengontrol vascukitis urtikaria
f)       Profilaksis dengan steroid anabolic misalnya : danazol,stanozolol
g)      Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma
h)      Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi helicobacter pylory dengan urtikaria kronis.



BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas Pasien.
2.      Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b.        Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d.      Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e.       Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

4.      Pemeriksaan fisik
a.        KU : lemah
b.      TTV : suhu naik atau turun.
c.       Kepala:  Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d.       Mulut :Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
e.       Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f.        Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g.        Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Potensial terjadinya infeksi b.d. adanya luka akibat gangguan integritas
2.      Resiko kerusakan kulit b.d.  terpapar alergen
3.      Perubahan rasa nyaman b.d.  pruritus
4.      Gangguan citra tubuh b.d.  penampakan kulit yang tidak bagus

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Potensial terjadinya infeksi b.d. adanya luka akibat gangguan integritas
·         Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
·         Kriteria hasil :
Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.
- RR :12-24 x/menit
- N : 70-82 x/menit
- T : 36-37 OC
- TD : 120/85 mmHg
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal Leuksosit darah : 4.400 – 11.300/mm3
·         Intervensi:
1.   Lakukan tekni aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien
2.   Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
3.    Observasi adanya tanda-tanda infeksi
4.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
5.    Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien.
6.    Jaga lingkungan klien agar tetap bersih.

2.      Kerusakan kulit b.d.  Terpapar alergen
·         Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
·         Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen
·         Intervensi:
1.    Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
2.    Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen
3.    Hindari binatang peliharaan.
4.    Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.

3.      Perubahan rasa nyaman b.d.  pruritus
·         Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
·         Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
·         Intervensi:
1.    Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
2.    Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
3.      Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
4.      Jaga kebersihan kulit pasien

4.      Gangguan citra tubuh b.d.  penampakan kulit yang tidak bagus
·         Tujuan :
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
·         Kriteria Hasil :
1.      Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.      Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.      Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.      Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5.      Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6.      Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7.      Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan
·         Intervensi:
1.      Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
2.       Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
3.      Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
4.      Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
5.      Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
6.      Mendorong sosialisasi dengan orang lain.