A.
PENGERTIAN
HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. (Zein, 2006).
AIDS
adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
AIDS
adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
Penyakit
AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan
WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim
bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan
lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara
33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan
6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS
meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
B.
ETIOLOGI
1.
Ciri- ciri virus HIV
HIV memiliki
diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval
karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus
berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di
dalam selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks.
Genom HIV mengode sembilan protein
yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur
genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang
membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari
protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang
pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga
senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang
patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)
2.
Klasifikasi
Kedua spesies HIV yang menginfeksi
manusia (HIV-1 dan -2) pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah,
berpindah dari primata ke
manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis.
a)
HIV-1
merupakan hasil evolusi dari simian immunodeficiency virus (SIVcpz)
yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan
troglodyte troglodyte.
b)
HIV-2 merupakan
spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan
pada Sooty
mangabey, monyet dunia lama Guinea-Bissau.
Sebagian besar
infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1 karena spesies virus ini lebih
virulen dan lebih mudah menular dibandingkan HIV-2. Sedangkan, HIV-2
kebanyakan masih terkurung di Afrika barat.
3.
Cara penularan
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 ) antara
lain sebagai berikut :
a.
Hubungan seksual, dengan
risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b.
Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang
mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV,
risiko penularan 0,03%
3) Terpapar mukosa yang
mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
c.
Transmisi dari ibu ke anak :
1) Selama kehamilan
2) Saat persalinan, risiko penularan
50%
3) Melalui air susu ibu(ASI)14%
Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV
tidak dapat ditularkan
antara lain:
a. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah
dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun
berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman,
berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan
menyebabkan seseorang tertular.
b. Memakai milik penderita
Menggunakan
tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita
HIV/AIDS tidak akan menular.
c. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
d. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat
tertular HIV.
C.
MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Komunitas AIDS Indonesia
(2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi)
dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat
badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare
kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan
kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/
HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
a. Batuk
menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis
generalisata
c. Adanya
herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias
orofaringeal
e. Herpes
simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati
generalisata
g. Infeksi
jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis
virus Sitomegalo
Gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala
dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti
demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8
atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan
gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan
gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun
atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi
tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
D.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi
oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang
memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari
tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar,
pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari
jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
Bila
hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4,protein
purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi
sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
Sedangkan
pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4.
Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya
200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi
pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak
tergantung pada jumlah CD4.
Perlu
juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat
antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila
tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan
rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.
E.
PENATALAKSANAAN
Apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
1.
Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
2.
Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang
meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
– Didanosine
– Ribavirin
– Diedoxycytidine
– Recombinant CD 4 dapat larut
Selain terapi pasien dengan HIV-AIDS
diberi diet yang bertujuan untuk:
1.
Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit
infeksi HIV.
2.
Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi
tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
3.
Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4.
Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan
relaksasi
Pada
perhitungan kebutuhan energy untuk pasien HIV-AIDS, diperhatikan faktor stres,
aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh, dietnya berupa:
1.
Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak.
2.
Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan
energy total
3.
Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka
Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat,
Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin
berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan
kekebalan tubuh.
4.
Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
5.
Cairan cukup dan elektrolit
F.
PENCEGAHAN
1. Hindarkan hubungan seksual diluar
nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak
berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi
apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa
dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan
virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan
untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat
lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.